Minggu, 09 Mei 2010

Fakta Lebih Kuat

Tulisan jauh lebih menarik jika didukung dakta. Karena itu, jika anda ingin tulisan anda dibaca banyak orang, lengkapilah dengan data atau fakta. Dari mana anda mendapatkan fakta? Yang paling gampang adalah dari pengalaman anda sendiri. Usahakan apa yang anda sendiri. Usahakan apa yang anda ungkap adalah fakta yang benar – benar terjadi, bukan rekaan anda.

Mengapa berita – berita yang setiap hari termuat di surat kabar menarik? Karena sebagian besar bahkan mungkin 100 persen, informasi yang termuat di surat kabar merupakan fakta suatu peristiwa benar, ada memang tulisan karya wartawan yang di dalamnya mengandung opini, seperti analisis berita atau feature. Namun, opini wartawan itu bersumber dari fakta peristiwa atau fakta pendapat orang yang telah terjadi sebelumnya. Jadi, apa yang ditulis wartwan bukanlah karangan(fiksi). Dalam UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, wartawan dilarang beropini dalam berita yang ditulisanya.

Seorang sastrawan bahkan sering menulis cerita pendek atau novel yang bersumber dari fakta yang dilihat dan didengarnya, bukan dari apa yang dirasakan. Karya sastra semacam ini jauh lebih menarik daripada cerpen atau novel 100 persen fiksi cerpenis hamsad rangkuti hamper selalu mengangangkat realitas (fakta) yang dilihatnya sehari – hari dalam karya cerpennya. Dia pernah menulis cerpen berjudul ‘’pispot’ dan dimuat di harian kompas lebih dari 10 taun silam. Sampaikan sekarang saya masih inget caerita hamsad yang telah dibukukan itu.

Dengan dasar fakta, tulisan kita jauh lebih menarik dan memikat daripada fiksi yang umumnya berangakat dari perasaan kita. Lho, kalau begitu, kita tidak boleh menulis sesuatu yang isinya curhat(curahan hati)? Tentu saja boleh. Namun, jangan lupa menuliskan fakta yang kemudian mendorong anda bercurhat sejauh apa yang anda sampaikan bukan sesuatu yang sangat pribadi, yang sebenarnya tidak layak diketahui oleh orang lain, atau dapat merugikan pihak lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar